Jumat, 12 Juni 2009

tentara islam

entara Islam dikenal memiliki pasukan berkuda yang sangat hebat. Di era kejayaan Islam, kekuatan para prajurit Islam benar-benar tertumpu pada keahlian berkuda dan memanah. Sejarah peradaban Islam mencatat, kehebatan pasukan berkuda Islam telah menjadi kunci kemenangan dalam berbagai pertempuran penting.

Pasukan berkuda biasa disebut kavaleri, yang berasal dari bahasa Latin caballus dan bahasa Prancis chevalier yang berarti "pasukan berkuda". Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History, mengungkapkan, sebelum Islam berkembang, peradaban lain, seperti Bizantium telah memiliki pasukan kavaleri yang tangguh.

Menurut al-Hassan, pada abad pertama Hijriah (ke-7 M) kavaleri telah menjadi kekuatan utama militer Bizantium. Pasukan kavaleri yang tangguh juga telah dimiliki bangsa Persia, jauh sebelum Islam berkembang. Ksatria berkuda Iran, Asawira , tutur al-Hassan, merupakan pasukan yang mampu menurunkan kekuatan kavaleri yang lebih besar ke medan perang daripada bangsa Arab.

"Karena pada masa awal perkembangan Islam, jumlah pasukan berkuda dalam ketentaraan masih sedikit, khususnya sebelum penaklukan Makkah," papar al-Hassan dan Hill. Tioe medan yang datar dan terbuka, ungkap al-Hassan, sangat cocok untuk kavaleri. Namun, bangsa-bangsa Arab, menghindari medan perang seperti itu.

Menurut al-Hassan, militer Islam mulai membentuk pasukan berkuda atau kavaleri pada zaman Khilafah Rasyidah. Adalah Khalifah Umar bin Khattab (berkuasa pada tahun 31-41 H) yang berupaya untuk mengumpulkan kuda bagi tujuan milter dari berbagai daerah. "Hasilnya, terdapat sekitar 4.000 ekor kuda di Kufah. Setelah itu, sedikit demi sedikit strategi kemiliteran Islam berubah, '' ungkap al-Hassan.

Pada awalnya, pasukan kavaleri Islam tak terlalu dominan. Berbekal tombak dan pedang, pasukan tentara berkuda Islam memaikan peranan penting untuk menyerang panggul dan pantat musuh. Perlahan namun pasti, kekuatan kavaleri yang dimiliki militer Muslim semakin bertambah besar dan kuat. Pasukan kavaleri tercatat menjadi kunci kemenangan tentara Islam dalam perang Yarmuk.

Pertempuran Yarmuk merupakan perang antara tentara Muslim dengan Kekaisaran Romawi Timur pada 636 M. Sejumlah sejarawan menyatakan, Perang Yarmuk sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.

Pertempuran ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khilafah Rasyidah kedua. Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632.

Ketika 'Amr bin Al-'Ash menaklukan Mesir pada tahun 37-39 H/ 658-660 M, komposisi kekuatannya militer Islam telah berubah dari infanteri menjadi pasukan berkuda. Kehebatan pasukan kavaleri Muslim, sekali lagi terbukti dalam Pertempuran Sungai Talas pada 751 M antara Kekhalifahan Rasyidah dengan Dinasti Tang dari Cina. Bermodalkan pasukan kavalery yang tangguh tentara Muslim berhasil meraih kemenangan.

Kemenangan itu membuat Islam menguasai wilayah Asia Tengah dan mulai menyebar luas di negeri Tirai Bambu itu. Pasukan kavaleri Islam juga kerap mendapat bantuan dri pasukan lain, misalnya ketika pasukan berkuda Iran, Asawira bergabung dengan pasukan Islam dalam penaklukan Khuzistan di bawah pimpinan Abu Musa pada tahun 17-21 H/638-642 M.

"Ini hanya salah satu contoh dramatik penyatuan pasukan non-Arab ke dalam angkatan bersenjata Muslim," kata Al-Hassan dan Hill. Kala itu, pasukan Islam juga merekrut orang-orang Khurasan, Barbar dan Turki. Mereka tetap membawa gaya bertempur dan berkuda khas masing-masing. Sehingga tak bisa dipaparkan satu gaya khas kavaleri dalam satu pertempuran.

Kekuatan pasukan kavaleri Islam kian bertambah kuat pada era kekuasaan Dinasti Mamluk pada abad ke-6 H dan ke-7 H (ke-12 M dan ke-13 M), periode kritis dalam sejarah Islam. Mamluk atau Mameluk berarti tentara budak yang telah memeluk Islam. Mereka berdinas untuk kekhalifahan Islam dan Kesultanan Ayyubiyah pada abad pertengahan.

Mereka akhirnya menjadi tentara yang paling berkuasa dan juga pernah mendirikan Kesultanan Mamluk di Mesir. Pasukan Mamluk pertama dikerahkan pada zaman Abbasiyyah pada abad ke-9 M. Kala itu, Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara ini dari kawasan Kaukasus dan Laut Hitam dan mereka ini pada mulanya bukanlah orang Islam.

Menurut al-Hassan, setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih berkuda. Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.

Saat itu, pasukan berkuda tersebut juga dilatih menggunakan sejumlah senjata. Senjata pasukan berkuda (faris) Mamluk terdiri dari pedang, tombak, panah, perisai dan tongkat kebesaran. Tongkat kebesaran terbuat dari besi atau baja dengan ujungnya berbentuk kubus, diletakkan di bawah sanggurdi, sementara tombak di pegang dengan satu atau kedua tangan, bukan "diluncurkan" atau direndahkan untuk menyerang seperti halnya di barat, tetapi digunakan untuk berkelahi di atas kuda," jelas Al-Hassan dan Hill.

Faris Mamluk ini melakukan latihan di Tiqab (tunggal:tabaqqa), yakni nama yang diberikan untuk barak-barak di benteng Kairo yang dijadikan akademi militer. Pelatihan ini dimulai ketika pasukan Mamluk mencapai Puncak kejayaannya. Latihan dilakukan secara komprehensif dan dengan disiplin yang ketat. Bahkan, kala itu mereka tak takut mengeluarkan biaya pendidikan kemahiran berkuda hingga seorang prajurit mampu untuk menunggang kuda tanpa pelana maupun dengan pelana, lari meligas, mengderap dan mencongklang, mendatar ataupun melompat. "Dia (faris-red) juga harus mengetahui cara merawat kuda ketika sakit," kata Al-Hssan dan Hill.

Selain itu, pasukan berkuda yang mengikuti latihan berkuda, harus bisa menggunakan kuda sambil memanah dan menggunakan tombak. Saat itu, seorang faris harus mampu menyerang target dari berbagai sudut dan pada kecepatan berbeda-beda menggunakan kedua senjata itu. Pasukan Mamluk juga sangat terlatih untuk menggunakan pedang dengan cara yang sama. Metode-metode ini teruji keberhasilannya dengan kemenangan Mamluk atas pasukan Perang Salib dan mongol.

Kehebatan pasukan berkuda Islam juga terlihat saat pasukan Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Muhammad al-Fath merebut Konstatinopel pada abad 14 M. Mereka sebelumnya harus berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal dihadang oleh armada Romawi Byzantium di sepanjang pantai), setelah itu naik kuda untuk mengobrak-abrik pasukan musuh dengan serangan panah bertubi-tubi.Begitulah, kisah kejayaan pasukan berkuda tentara Muslim.

Berkuda dalam Islam

Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari RA, Nabi Muhammad SAW, menganjurkan para sahabatnya termasuk seluruh umat Islam yang mengikuti sunnahnya, agar mampu menguasai bidang-bidang olah raga, terutama berkuda, berenang, dan memanah. Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam menguasai olahraga berkuda, memanah, dan berenang, karena terinspirasi peperangan Romawi-Persia, yang notabene hanya mengandalkan kekuatan otot perorangan belaka.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW berpikir lebih maju, ia berfikir bahwa peperangan Romawi-Persia kurang diimbangi kecerdasan otak yang membentuk kerja sama tim. Ketiga olahraga yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW ini mengandung aspek kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas, dan kompetisi. Olahraga ini memerlukan kekuatan fisik dan intelektualitas yang tinggi.

Dalam Alquran surat Al-Aadiyaat ayat 1-4 juga tercantum kisah tentang `heroisme’ kuda-kuda yang berlari kencang dalam kecamuk peperangan. ”Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.”


Pada zaman Nabi Muhammad SAW terjadi sejumlah perang besar melawan kaum musyrikin dan kafirin. Saat itu, terjadi adu kepandaian berkelahi orang per orang, baik menggunakan tangan kosong, maupun menggunakan senjata seperti pedang atau tombak. Misalnya Perang Badar dalam bahasa Arab disebut ghazawat badr yang merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 Hijriyah.

Pasukan kecil kaum Muslim yang hanya berkekuatan sebanyak 313 orang ini, bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Mereka berhasil mengalahkan para musyrikin Quraisy. Kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar ini tercantum dalam Alquran, surat Al Anfal ayat 1-10.

Setelah perang Badar, kekuatan militer umat Islam mulai terorganisasi. Ada pasukan berkuda (kavaleri) dan pasukan pemanah (artileri), serta pasukan darat (infanteri). Kala itu, kondisi fisik mereka harus benar-benar terjaga, walaupun dalam keadaan aman mereka menjalankan profesi lain, seperti berdagang, mengajar, bertukang, dan sebagainya. Tapi ketika ada mobilisasi untuk menghadapi serangan atau harus menyerang, fisik dan mental mereka sangat siap.

Pasukan Islam mengalami prestasi gemilang dalam berperang sambil menjalankan ibadah puasa, selain perang Badar, adalah "Futuh Mekah". Penaklukan Kota Mekah pada tahun 8 Hijriyah sekitar tahun 630 M. Umat Islam yang sedang berpuasa saat itu, dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad saw, berhasil merebut Kota Mekah dari kekuasaan kafir Quraisy. Berkat kemenangan itulah, umat Islam yang dulu harus hijrah ke Madinah selama delapan tahun, dapat kembali ke tanah kelahirannya dengan penuh kebanggaan dan kegembiraan.

ikutilah nasehat ini

RISALAH BUAT PARA PENUNTUT ILMU

Menurutmu, wahai penuntut ilmu, bagaimana kalau penguasa itu adalah thoghut yang bengis dan mengendalikan manusia dengan kekuatan, menjauhi syariat Allah, dan membantu orang-orang Kristen dalam memerangi kaum muslimin di mana-mana? Mereka juga menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai hukum yang berlaku pada leher-leher manusia serta menghapuskan hukum hudud… dan masih banyak lagi perbuatan murtad dan zindiq lain yang mereka lakukan.Maka, waspadailah mereka. Waspadailah orang yang duduk dengan mereka, baik dari kalangan ulama dan para pejabat-pejabat penguasa, yang telah menajisi ilmunya dengan duduk bersama musuh-musuh Allah. Bahkan ikut serta dengan mereka dalam mengkaburkan berbagai fakta, menyesatkan rakyat dan menghias-hias kebatilan.


RISALAH BUAT PARA PENUNTUT ILMU

Bismillahirrohmaanirrohiim.Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya dan para shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak dan menelusuri tuntunanya hingga hari pembalasan.

Wa ba‘du:
Inilah risalah yang saya tujukan kepada saudara saya penuntut ilmu:

Assalamualaikum wa rahmatullah wa barokatuh…

• Wahai penuntut ilmu, inilah ungkapan dan wasiyat, yang saya tulis sebagai peringatan dan nasehat yang tulus untukmu, serta sebagai penunaian tanggung jawabku nanti. Saya memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla semoga risalah ini sampai kepadamu ketika engkau dalam kondisi mendapatkan nikmat, kesejahteraan dan kesehatan.

• Wahai penuntut ilmu, hati-hatilah jangan sampai niat engkau mencari ilmu syar’I demi meraih jabatan atau tujuan duniawi. Karena telah tsabit dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam bahwa beliau bersabda,
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba pakaian, celakalah hamba busana, celaka dan amat buruklah ia, dan bila tertusuk duri tidak bisa tercabut lagi…” dst hingga akhir hadits.

dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami penuhi baginya amal usaha mereka di dalamnya dan mereka tidak dirugikan sama sekali.” [QS. Hud: 15]

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab membuat sebuah bab dalam Kitab At-Tauhid yang berkaitan dengan ayat ini: Bab Termasuk Syirik: Ketika orang Beramal Karena Menginginkan Dunia.

Kemudian, Syaikh Abdurrohman bin Hasan telah menjelaskan bab ini dalam Syarahnya terhadap Kitab At-Tauhid yang berjudul Qurrotu ‘Uyuni `l-Muwahhidin, beliau Rahimahullah berkata: “Contoh dari ini adalah imam-imam masjid, para pengajar, dan mujahidin, yang bekerja dalam rangka memperoleh imbalan dari jihad yang ia lakukan.”Maka, berhati-hatilah dari ini, semoga Alloh memberi aku dan engkau anugerah berupa keikhlasan.

• Wahai pencari ilmu, ketika engkau mencari ilmu, niatkanlah itu untuk menghilangkan kebodohan dari dalam dirimu, sehingga engkau beribadah kepada Allah atas dasar ilmu yang terang. Selanjutnya, niatkan untuk menghilangkan kebodohan dari umat ini, supaya nantinya engkau ajarkan kepada mereka agama Allah ‘Azza wa Jalla.

• Wahai penuntut ilmu, ketahuilah, menghafal Al-Quran memang berpahala dan merupakan satu keutamaan. Akan tetapi, mengamalkannya adalah kewajiban yang harus engkau laksanakan. Sesungguhnya kami melihat beberapa kaum di zaman sekarang, yang menganggap menghafal Al-Quran adalah kewajiban, sementara mengamalkannya adalah keutamaan. Maka, hindarilah sikap seperti ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini telah menihilkan banyak sekali nash-nash syar‘i. Aku ingatkan engkau dengan perkataan seorang shahabat Radiyallahu ‘anhu yang mengatakan: “Kami belajar 10 ayat dari Al-Quran, kami tidak melewatinya sebelum kami memahami dan mengamalkannya.” Sungguh, beruntunglah para shahabat.

• Wahai penuntut ilmu: Hindarilah, sekali lagi hindarilah, hindari betul sikap taklid. Sebab taklid adalah penyakit yang mematikan. Berpeganglah kepada Al-Quran dan sunnah serta pemahaman salafus sholeh, meskipun manusia tidak menerimamu.
Imam Syafi‘i Rahimahullah berkata,
“Para ulama, baik salaf maupun kholaf, sepakat bahwa siapa yang telah mengetahui dengan jelas sebuah sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, maka ia tidak boleh meninggalkannya lantaran perkataan seseorang.”

• Wahai penuntut ilmu, hindarilah sifat mengkultuskan para tokoh atau mengagung-agungkan mereka. Hendaknya pengagungan terhadap Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya lebih engkau dahulukan daripada orang lain, siapapun dia. Jangan terlalu terpaku dengan nama dan sebutan-sebutan.

• Wahai penuntut ilmu, jauhilah sifat ‘ujub terhadap diri sendiri dan ghurur (besar hati). Sebab itu adalah biang kebinasaan orang-orang sholeh.

• Wahai penuntut ilmu, ketahuilah, tugas paling penting dan kewajiban paling besar adalah tauhid. Maka konsentrasikanlah sebagian besar perhatianmu kepada urusan ini. Pelajari tauhid, baik secara ilmu, amal, dan dakwah. Sebab sebagian besar dakwah panutanmu –Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam— adalah untuk urusan tauhid.

• Wahai penuntut ilmu, bersikap jujurlah kepada saudara-saudaramu sesama pencari ilmu. Sesungguhnya aku telah menyaksikan ada beberapa orang penuntut ilmu yang sudah terbiasa berdusta dan terkenal suka menipu. Kami melihat mereka menghadapi suatu kaum dengan satu wajah, kemudian menghadapi kaum lain dengan wajah yang lain. Mereka mengatakan suatu perkataan kepadamu, lalu mengatakan kepada saudara-saudaramu yang lain dengan perkataan yang berbeda. Di sini ia mendukung, di sana ia mengingkari. Maka, hindarilah mereka, jangan bermajelis dengan mereka, sebab teman duduk itu akan berpengaruh terhadap dirimu.

• Wahai penuntut ilmu, sesungguhnya medan-medan jihad kehilangan orang sepertimu, kamp-kamp tadrib mencari-cari orang macam dirimu. Lantas, di manakah engkau? Kenapa tidak membela orang-orang tertindas?

• Wahai penuntut ilmu, sesungguhnya orang-orang di sekelilingmu melihatmu sebagai tauladan. Maka jangan sampai sikap dudukmu menjadi penghambat mereka untuk berangkat berjihad.

• Wahai penuntut ilmu, hati-hati, janganlah engkau mengemukakan berbagai alasan untuk tidak berjihad yang itu tidak diterima, di mana kalaulah alasan itu diajukan oleh shahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam juga tidak diterima. Bersikap jujurlah engkau, sesungguhnya Allah senantiasa mengawasimu dan mengetahui hal-hal yang tersembunyi.
• Wahai penuntut ilmu, di manakah engkau dari firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapakah apabila dikatakan kepada kalian: Berangkatlah berperang di jalan Allah, kalian malah merasa berat dan condong ke bumi? Apakah engkau lebih suka kehidupan dunia daripada akhirat? Tidaklah kehidupan dunia dibandingkan akhirat itu kecuali sedikit saja. Jika kalian tidak keluar berperang, Allah akan mengazab kalian dengan azab yang pedih serta mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan kalian sama sekali tidak bisa membahayakan mereka. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah: 38-39)

Dan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Keluarlah berperang, baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan nyawa kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)

• Wahai penuntut ilmu, ketahuilah bahwa keberanian memiliki andil yang besar ketika itu adalah pada diri orang yang berilmu. Maka, jadilah orang yang berani menyatakan kebenaran apa adanya, jangan berkompromi dengan siapapun. Ketahuilah –semoga Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa menjagamu dari apa saja yang tidak menyenangkan—bahwa sekedar menyembunyikan kebenaran dan diam tidak menyampaikannya merupakan perbuatan yang pelakunya mendapat ancaman di sisi Allah. Bahkan ia divonis mendapatkan laknat, La Haula wa La quwwata illaa bil-Lah. Lantas, bagaimanakah dengan orang yang mengucapkan kebatilan?
Dan aku ingatkan engkau dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Dan ingatlah ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang diberi kitab: Hendaklah kalian menyampaikannya kepada manusia dan jangan menyembunyikannya. Lantas mereka membuang janji tersebut dan menukarnya dengan harga yang sedikit. Sungguh, teramat buruklah apa yang mereka beli itu.” (QS. Ali Imron: 187)

Kami telah menyaksikan sendiri, orang-orang yang Allah anugerahi ilmu dan hafalan, dan terkenal di kalangan manusia, tetapi mereka terjangkiti sifat pengecut, lemah nyali, dan penakut. Lantas, apa gunanya ilmu jika tidak diamalkan, padahal banyak sekali orang telah tersesat? Sungguh benarlah apa yang disabdakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam:
“Sesuatu yang paling kukhawatirkan menimpa kalian adalah, imam-imam yang menyesatkan.”

• Wahai penuntut ilmu, janganlah engkau masuk ke tempat para penguasa. Sebab terdapat hadits shohih dari Nabi kita Shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwa beliau bersabda,
“Barangsiapa masuk ke penguasa, maka ia telah tertimpa fitnah.”

Menurutmu, wahai penuntut ilmu, bagaimana kalau penguasa itu adalah thoghut yang bengis dan mengendalikan manusia dengan kekuatan, menjauhi syariat Allah, dan membantu orang-orang Kristen dalam memerangi kaum muslimin di mana-mana? Mereka juga menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai hukum yang berlaku pada leher-leher manusia serta menghapuskan hukum hudud… dan masih banyak lagi perbuatan murtad dan zindiq lain yang mereka lakukan.
Maka, waspadailah mereka. Waspadailah orang yang duduk dengan mereka, baik dari kalangan ulama dan para pejabat-pejabat penguasa, yang telah menajisi ilmunya dengan duduk bersama musuh-musuh Allah. Bahkan ikut serta dengan mereka dalam mengkaburkan berbagai fakta, menyesatkan rakyat dan menghias-hias kebatilan.

• Wahai penuntut ilmu, jangan jadi orang-orang yang memperhatikan urusan para pemuda dalam halaqoh-halaqoh, acara-acara liburan, mukhoyyam (camping), atau dauroh-dauroh, tetapi kemudian meracuni pemikiran mereka sehingga mereka tidak mau pergi berjihad di jalan Allah, atau mengakibatkan mereka tidak mau mengatakan kebenaran lantaran suatu alasan atau alasan lain, atau mengakibatkan mereka tidak menyebut orang dzalim: “Hai Dzalim,” atau orang kafir: “Hai kafir.”

Aku nasehati engkau, jika engkau termasuk ketua sekelompok pemuda, kobarkanlah semangat mereka untuk berperang. Baik di sini atau di mana saja. Terangkanlah Islam apa adanya, lalu jelaskan mengapa bisa begitu. Kalau engkau tidak mampu seperti ini, berikan kesempatan orang lain untuk menempati posisimu dan jangan menjadi orang-orang mukhodzil (pelemah semangat) tanpa engkau sadari. Demi Allah, engkau mati dengan mempertanggung jawabkan dirimu sendiri, itu lebih baik daripada engkau mati tetapi akan dimintai pertanggung jawaban tentang para pemuda Islam di hadapan Allah kelak. Baik karena mengkaburkan kebenaran kepada mereka, atau menghalangi mereka dari berjihad. Wa la haula wa la quwwata illa billah.

Aku ingatkan engkau dengan sikap dari suri tauladanmu, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam, ketika beliau bertawaf di Ka‘bah sendirian, ketika beliau masih dalam kondisi lemah, ketika kaum musyrikin mengejek dan mengolok-olok beliau, beliau mengatakan: “Wahai orang-orang Quraisy, sungguh aku datang kepada kalian dengan sembelih,” Kisah ini ada dalam Musnad Imam Ahmad.

• Wahai penuntut ilmu, secara ringkas saya tegaskan kepadamu: Jika engkau benar-benar meneladani Nabimu, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam, dalam setiap hal, engkau terus terang di dalam melakukan dan menerangkannya, maka pasti engkau akan diuji dengan bala’. Bala’ itu turun sesuai dengan kadar keimanan sebagaimana hal itu diberitakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, sementara mereka tidak diuji.” [QS. Al-Ankabut: 2]

Ketahuilah, suatu saat nanti engkau akan dijauhi oleh para penuntut ilmu yang lain, oleh para ulama dan tokoh-tokoh penguasa. Engkau akan dikucilkan, dicaci dan dicela. Engkau akan dikatakan sebagai Khowarij, dan kata-kata semisal yang hari ini dituduhkan kepada para da’I Tauhid yang tertindas. Kalau engkau mengalaminya, bersabarlah. Sesungguhnya dalam kesusahan ada kemudahan, sesungguhnya dalam kesusahan ada kemudahan.

• Wahai penuntut ilmu, waspadailah para Du’at mengajak hidup berdampingan bersama orang-orang kafir. Hati-hatilah terhadap mereka yang mematahkan semangat Jihad lagi kalah di hadapan musuh-musuh Allah. Hati-hatilah dengan mereka. Jangan terpedaya dengan kata-kata manis bercampur racun mematikan yang mereka lontarkan, jangan terpedaya dengan materi-materi pelajaran yang mereka sampaikan, jangan terpedaya dengan orang-orang yang hadir dalam majelis mereka. Hati-hatilah terhadap mereka, sebab minimal kita harus sikapi mereka sebagaimana kita bersikap terhadap ahli bid‘ah. Para salafus sholeh kita telah mengingatkan kita agar menjauhi ahli bid‘ah. Sebagai contoh, bacalah kitab Al-Bida‘ tulisan Ibnu Widhoh.

• Wahai penuntut ilmu, camkan selalu pandanganmu kepada kitab Rabb kita dan terhadap sunnah Nabi kita Shalallahu ‘alaihi wa salam, renungkanlah dengan baik. Sebab dalam keduanya terdapat banyak kebaikan.

• Wahai penuntut ilmu, berusahalah sebisa mungkin untuk mendialogkan berbagai permasalahan dengan ikhwan-ikhwanmu yang lain. Sebab sesungguhnya kemantaban dalam menguasai berbagai persoalan adalah dengan berdialog.

• Wahai penuntut ilmu, tetapkanlah waktu yang engkau khususkan untuk menyendiri dengan Rabbmu, yang di sana engkau membaca kalam-Nya, bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Karena doa termasuk ibadah terbesar, sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat shohih dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam,
“Doa adalah ibadah itu sendiri.”

• Wahai penuntut ilmu, jauhilah ulama suu’, janganlah bermajelis atau berhalaqoh bersama mereka. Karena mereka adalah orang-orang jahat dan sesat. Mereka mengkaburkan agama Islam di hadapan kaum muslimin, Mereka juga menyesatkan masyarakat, dan ikut serta bersama para penguasa [thoghut] dalam menjual tanah air dan tempat suci kaum muslimin.

Ini dia Al-Quds , semenjak 50 tahun lebih berada dalam cengkraman yahudi, apakah yang telah diperbuat para ulama penguasa tersebut? Lihat itu Hai’atu Kibaril Ulama atau Al-Lajnah Ad-Daimah, siapakah yang mendirikannya, siapakah yang memilih dan mengangkat mereka? Sesungguhnya Mereka adalah para penguasa pengkhianat.

• Wahai penuntut ilmu, para ulama yang banyak dijadikan rujukan oleh para pemuda itu, ada yang terang-terangan mengatakan bahwasanya tidak ada permusuhan antara kaum muslimin dengan umat yang lain. Ada juga yang pindah ke negeri orang-orang nashrani untuk mempersatukan anggota parlemen dan di sana disambut oleh wanita-wanita pelacur Eropa, seolah tak terjadi apa-apa. Yang lain berkata: andai orang-orang pergi berjihad maka siapa yang tinggal dan yang menjaga toko-toko. Ada yang lancang bersumpah atas nama Allah ‘Azza wa Jalla seraya berkata: Bahwa siapa yang terbunuh di Afghanistan, tapi ia ke sana tanpa seizin waliyyul khamri –maksudnya pemerintah yang membolehkan beredarnya khomer—, maka ia bukan syahid. Sedangkan Pemimpin dan sesepuh mereka [ mufti saudi-pen] mengatakan bahwa Amerika adalah orang-orang yang tak berdosa. Yang lain mengatakan, mendonor darah kepada orang-orang Amerika adalah boleh hukumnya. Dan yang lain… dan yang lain… dan seterusnya…
Ulama lain, ada yang berlomba-lomba berpose bersama para thoghut setiap pekan.
Sungguh, kami telah mendatangi mereka senior-senior mereka yang juga ulama besar, kami nasehati mereka, kami ajak dialog dan kami berbincang-bincang dengan mereka. Akan tetapi, la haula wa la quwwata illa billah, tidak ada faedahnya.

Oleh karena itu, wahai penuntut ilmu, aku bertanya kepadamu atas nama Allah, apakah ini keadaan ulama Islam, atau ini adalah keadaan para boneka thoghut dan para penjilat penguasa???

Terakhir kalinya, aku memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menjadikan kalimat-kalimat ini tadi bermanfaat bagi pembacanya, serta menjadikannya diterima di bumi. Aku juga memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, agar menganugerahi dirimu ilmu yang terang dan kemampuan untuk mengamalkannya, semoga engkau diberkahi selalu di manapun engkau berada dan Allah menjadikanmu termasuk golongan orang yang menyuarakan Al-Haq.

Sebagai penutup, aku memohon agar Allah memberiku kesyahidan, yang dengan itu Dia akan ridho dan tertawa kepada kita. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa, Mahapemurah dan Mahadermawan. Dan doa terakhir kami, Anil hamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam.

Penulis: Syaikh Sulthan Al-Utaybi